Berbuat
salah dan melakukan kesalahan itu adalah pakaian manusia karena tidak satupun
manusia dimuka bumi ini luput dari salah dan khilaf. Ada orang yang suka
membuat kesalahan tapi enggan untuk meminta MAAF karena angkuhnya atau karena
kearoganan dan memandang semua yang ada disekelilingnya tidak berarti. Tetapi
yang lebih salah lagi membiarkan orang tersebut mengulangi kesalahan dan bahkan
orang-orang disekitarannya justru mendukung kesalahan tersebut.
Fenomena
ANEH ini juga terjadi dinegeri tercinta ini dimana seorang pejabat melakukan
kesalahan tersebut berulangkali tanpa merasa bersalah dengan mengutip ayat-ayat
suci yang dia sendiri tidak punya kompetensi untuk itu karena kedangkalan ilmu
pengetahuannya dan terlebih lagi dia mengutip ayat yang bukan dari kitab suci
agama dia, makanya bicaralah sesuai kapasitas dan kapabilitas diri sendiri.
Setiap
kata yang terucap dari mulut pejabat publik akan menjadi perhatian masyarakat
kalau istilah pecinta media sosial menyebutnya “VIRAL” dan para pendukungnya
akan melakukan hal yang sama memaki, mencaci padahal dia sendiri tidak pernah
berhubungan/berurusan dengan pihak dimaki dan dicacinya. Cacian dan makian ini
akan ditanggapi beragam oleh para netizen (istilah buat Aktivis medsos) mulai
dari mendukung, mengecam hingga memboikot sang pejabat dan pendukungnya.
Perang
antar netizen ini akhirnya menjadi perang terbuka berupa demo menentang dan
demo mendukung sang pejabat publik bahkan sekarang ada profesi pendemo bayaran
atau istilah lapangnnya PANASBUNG (Pasukan Nasi Bungkus).
Ketika
kekuatan menentang sang pejabat publik semakin kuat barulah sang pejabat dengan
terbata-bata dan muka disedih-sedihkan mengucapkan kata “MAAF” lewat media
pendukungnya atau rekaman video yang dikirimkan melalui medsos. Memang meminta
maaf dan memberi maaf sama-sama perbuatan baik tetapi alangkah indahnya setelah
maaf dimintakan dan tidak melakukan perbuatan yang sama dimasa datang.
Inilah
fenomena akhir zaman dimana kemaksiatan diperlihatkan secara VULGAR didepan
mata anak bangsa bahwa memaki dan mencaci itu lumrah sementara para
Ustadz/Ustadzah menyampaikan kebenaran dengan TEGAS dianggap INTOLERAN.... [sorry ini hanya luahan hati melihat
kebobrokan yang terjadi] [ir/07-03-17]
0 Komentar