— Kursi kosong bukan berarti kursinya rusak, cuma ditinggal orang waras.
Fenomena langka terjadi di jagat birokrasi Indonesia: ada pejabat yang mundur sebelum diseret KPK, tanpa drama sakit mendadak, dan tanpa alasan “demi keluarga” yang biasanya jadi template nasional. Dia adalah Joao Angelo De Sousa Mota, Direktur Utama Agrinas Pangan Nusantara, yang baru enam bulan menjabat sejak 10 Februari 2025.
Alasannya sederhana tapi bikin pejabat lain merinding: tidak mendapat dukungan maksimal dari bawahannya Presiden. Terjemahan bebas: Presiden mau sprint, anak buahnya malah ngopi sambil scroll TikTok.
Budaya Lengket di Kursi
Di negeri ini, pejabat itu kursinya seperti punya magnet super. Sudah gagal, sudah diprotes, bahkan sudah terbukti bikin rakyat sengsara, tetap saja bertahan. Mereka seperti “penjahat kambuhan”: sudah ketahuan salah, pergi sebentar, lalu balik lagi dengan muka polos dan jargon baru.
Bagi mereka, mundur itu aib. Kursi adalah “rumah”, anggaran adalah “kulkas”, dan rakyat hanyalah “penonton setia sinetron”.
Kisah Agrinas : Dari Beton ke Padi
Agrinas sendiri dulunya BUMN konstruksi bernama PT Yodya Karya. Lalu, entah terinspirasi dari kartun anak-anak, banting setir jadi perusahaan pangan. Logikanya: kalau bisa bikin jembatan, pasti bisa nanam padi.
Joao, berlatar belakang teknik sipil, diminta memimpin dengan target besar: menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia. Tapi, seperti drama TV yang episode akhirnya ketebak, janji anggaran tak kunjung cair, birokrasi setebal lapisan kue lapis, dan stakeholder lebih sibuk mengurus proyek pribadi.
Kursi Kosong yang Menakutkan
Keputusan Joao mundur ini membuat banyak pejabat terkejut. Ada yang sinis berkata, “Kalau semua mundur, nanti siapa yang tanda tangan SPJ?” Ada yang pura-pura prihatin, padahal diam-diam sudah siapin jas baru buat dilantik.
Andai saja semua pejabat gagal ikut mundur, bisa jadi kantor pemerintahan bakalan sepi kayak mal di tanggal tua. Rapat kabinet bisa dilakukan di warung kopi, dan berita korupsi mingguan mungkin berkurang drastis. Tapi ya, jangan kebanyakan mimpi—di sini, mundur itu penyakit, bukan obat.
Pelajaran dari Joao
Joao membuktikan satu hal penting: kadang lebih gagah berdiri untuk pergi daripada duduk manis sambil menyusahkan rakyat. Tapi untuk sebagian besar pejabat kita, prinsipnya tetap sama: “Selama kursi belum patah, pantat tetap parkir.” [ir/120825]

0 Komentar