Menjadi anggota dewan baik itu DPRD II, I atau bahkan DPR RI/DPD RI sejak reformasi bergulir telah menjadi suatu impian dan idaman banyak orang, ini terjadi karena euforia reformasi sehingga melahirkan banyak partai politik. Indonesia seperti merdeka kembali, rakyat diberi kebebasan untuk berserikat dan berkumpul dalam wadah partai politik. Sehingga pada tahun 1999 saat pertama kali Pemilu yang benar-benar Jurdil terlaksana. Pada tahun tersebut pemilu diikuti oleh 48 partai dan pemilih hanya mencoblos pada tanda gambar yang ada. Masa itu rakyat sangat menikmati kebebasannya dalam menyampaikan aspirasi politik, orang2 seperti melepaskan hausnya setelah menahan dahaga politik selama 32 tahun.
Rakyat Indonesia saat itu benar-benar telah "melek" politik dimana tempat dan waktu orang selalu berbicara politik dan perkembangannya dan pada akhirnya melahirkan banyak calon anggota dewan.
Nah, dari sekian ribu calon anggota dewan tersebut ada seorang kawan dari kawan yang terpilih menjadi anggota dewan pada tahun pertama reformasi. Ia-nya yang yang dulu selalu tampil bersahaja dan tutur kata yang lembut setelah menjadi anggota dewan mulai terjadi perubahan. Kemana-mana selalu bersafari dengan air muka yang dibuat berwibawa dan intonasi bicara yang diatur sedemikian tertatanya. Senyum mulai sulit didapat dari bibirnya (mungkin karena terbebani pekerjaan ). Entah nasib atau keberuntungan yang berpihak kepada kawan dari kawan tersebut terpilih kembali pada periode ke-2 di tahun 2004, pada periode ke-2 kawan dari kawan tersebut di dewan gayanya semakin menggoda kalau hadir diundangan baik acara kawinan atas sunatan selalu disambut tuan rumah bak pejabat tinggi yang datang. Tempat duduk untuk 'beliau' selalu tersedia, sang tuan rumah sampai terbungkuk-bungkuk menerima 'beliau'.
Selesai masa periode ke-2 di dewan kawan dari kawan mencoba peruntungan untuk melangkah ke jenjang dewan yang lebih tinggi tapi nasib berkata lain 'beliau' tidak terpilih alias tak dapat suara. Hal ini menggilitik keingintahuan kenapa kawan dari kawan tersebut tidak terpilih, ternyata eh ternyata selama 2 periode menjadi anggota dewan 'beliau' tidak mampu berbuat banyak untuk lingkungan sekitarnya.
Dimasa purna bakti sebagai anggota dewan kawan dari kawan sekarang telah kembali ke khittahnya, berpakaian sederhana, tegur sapa lembut dan setiap ada hajatan tidak pernah lagi sang tuan rumah terbungkuk-bungkuk menyalami...
Itulah nasib kawan dari kawan yang mantan anggota dewan..
navahara....
1 Komentar